Senin (21/07)- Senin (21/07) — Dalam sesi yang menggugah pemikiran pada Summer Course “Beyond Boundaries” yang diselenggarakan oleh CICP, topik psikologi dan budaya dibahas dalam perspektif baru melalui kuliah yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Zamzam Fauzanafi, M.A, seorang akademisi terkemuka, yang membawakan materi tentang pendekatan etnografi multisensorik di era digital, khususnya dalam penelitian antropologi. Penelitian antropologi berfokus pada konstruksi sosial terhadap indra, khususnya persepsi sensorik dalam proses sosialisasi, yang tidak terbatas pada persepsi fisik atau tubuh semata. Persepsi sensorik yang terbentuk secara sosial ini memiliki implikasi terhadap sisi afektif individu. Istilah afek dalam konteks ini mengacu pada kategori umum emosi dan sensasi yang memengaruhi cara kita memersepsi dunia dan bertindak di dalamnya, serta harus dipahami dalam kerangka tindakan sosial.
Dr. Zamzam menjelaskan bahwa konsep afek dan feel atau rasa sebaiknya dipahami sebagai keterlibatan individu terhadap konstruksi sosial atau objek tertentu. Dalam hal ini, pengalaman sensorik bersifat multisensoris, di mana indra kita saling terhubung dengan dua atau lebih subjek atau objek secara bersamaan. Sebagai contoh, saat melihat makanan, kita juga dapat mencium aroma makanan tersebut.
Saat ini, media digital telah menyatu dengan tubuh kita dan menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Etnografi visual digital merupakan bagian dari, sekaligus berpartisipasi dalam lingkungan material sensorik digital. Melalui pendekatan ini, kita dapat memahami bagaimana individu menciptakan hubungan dengan media digital, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan materi atau konten di dalamnya.
Salah satu studi yang dilakukan oleh Dr. Zamzam menggunakan pendekatan multisensoris di sebuah desa yang rawan tenggelam menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan berbagai indera mereka untuk merasakan dan memersepsi bahaya. Para partisipan mendengarkan suara alam seperti angin atau ombak laut, kemudian berdiskusi untuk saling berbagi persepsi. Emosi seperti rasa takut kemudian muncul karena suara alam tersebut dipersepsi sebagai isyarat bahaya.
Sesi ini ditutup dengan diskusi menarik bersama peserta Summer Course. Beberapa budaya pop indijinus, seperti “sound horeg” turut diperbincangkan bagaimana masyarakat mempersepsikan budaya tersebut dengan penerimaan dan perilaku.