Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) telah menyelenggarakan kegiatan Visiting Professor pada 6 November 2020. Kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan bagi CICP dengan mendatangkan pembicara dari yang biasanya dikemas dalam serangkaian short course untuk mahasiswa Fakultas Psikologi UGM. Namun, berkaitan dengan adanya pandemi COVID-19, Visiting Professor kali ini diselenggarakan secara webinar melalui aplikasi video conference ZOOM yang terbuka untuk umum dan dilaksanakan secara gratis. Kegiatan ini merupakan rangkaian dies natalis Fakultas Psikologi UGM ke 56. Tema yang diangkat pada Visiting Professor 2020 berjudul “Social Psychology Perspective on Understanding Covid-19”. Pembicara yang hadir pada kegiatan tersebut adalah Prof. Luca Tateo, Ph.D. dari Department of Special Needs Education, University of Oslo, Dr. Wenty Marina Minza, S.Psi., M.A. dari Fakultas Psikologi UGM, dan Prof. Dr. Faturochman, M.A., dari Fakultas Psikologi UGM. Materi yang disampaikan merupakan hasil penelitian kolaborasi dari ketiga pembicara dan penelitian tersebut masih berlangsung. Selain itu, Visiting Professor tahun ini dibuka dengan sambutan yang dberikan oleh Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MMedSc., Ph.D sebagai Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama dan Haidar Buldan Thontowi S.Psi., M.A., Ph.D. selaku Direktur CICP.
Visiting Professor dihadiri oleh 368 partisipan yang terdiri dari mahasiswa, akademisi, dan peneliti. Partisipan tersebut tidak terbatas hanya dari Yogyakarta saja, tetapi dari berbagai daerah lain pula. Kegiatan tersebut dibawakan dalam bahasa inggris dan sudah tersedia penerjemah dari panitia. Tugas penerjemah adalah merangkum apa yang disampaikan narasumber dan menuliskannya di kolom komentar agar dapat dibaca oleh partisipan. Sesi pertama yaitu presentasi dari Dr. Wenty Marina Minza, S.Psi., M.A. dengan judul “Social Perception of the Covid 19 Pandemic: Continuities and Change“. Beliau menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia memandang pandemi ini sebagai ancaman, ditunjukkan dengan tingginya tingkat kecemasan. Meskipun begitu, budaya kolektivis membantu masyarakat mengatasi kecemasan tersebut. Sejalan dengan presentasi beliau, Prof. Dr. Faturochman, M.A. menyampaikan dalam presentasinya yang berjudul “Covid 19: Prevention and Optimism” bahwa adanya kolektivisme kuat di masyarakat mengarah pada tingginya level optimisme pada masyarakat Indonesia dan bahwa pandemi akan segera teratasi. Adapun hal yang perlu ditingkatkan adalah perilaku preventif terhadap virus, karena kesadaran masyarakat terkait penyebaran virus masih tergolong rendah.
Sesi kedua Visiting Professor adalah pemaparan materi dari Prof. Luca Tateo, Ph.D. dengan judul “Making Sense of the Covid-19 Pandemic: Between Fear and Hope”. Luca menyampaikan bahwa anggapan masyarakat terkait pandemi terpecah menjadi dua, yaitu terdapat masyarakat yang mempercayai pandemi sebagai bentuk hukuman dari Tuhan kepada manusia. Anggapan supranatural ini pun sudah ada sejak zaman dahulu. Di sisi lain, terdapat pula masyarakat yang memandang pandemi sebagai fenomena alam, yaitu sebagai konsekuensi dari perlakuan manusia terhadap alam itu sendiri. Terjadinya perubahan pemaknaan ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat. Sementara itu, pemaknaan yang dimiliki masyarakat akan mengarah pada cara coping yang digunakan terhadap konsekuensi panjang dari pandemi.
Setelah kedua sesi selesai, agenda selanjutnya adalah tanya jawab. Pada sesi tersebut, terdapat beberapa partisipan yang memberikan pertanyaan pada tiap-tiap narasumber. Pertanyaan yang ditanyakan adalah seputar religiusitas masyarakat, kepatuhan terhadap protokol kesehatan, stigma terhadap pelanggar protokol kesehatan, dan sebagainya. Sesi tanya jawab merupakan agenda terakhir dari kegiatan Visiting Professor. Kegiatan ini mendapatkan umpan balik positif dari para peserta. Harapan untuk masa mendatang adalah semoga CICP dapat terus berkontribusi pada masyarakat untuk memberikan edukasi atau berbagi ilmu dalam wujud yang beragam.