Rasa percaya (trust) sangat dibutuhkan dalam relasi antar manusia, juga dalam pertemanan antar remaja. Namun, dari mana datangya rasa percaya? Penelitian terhadap 220 remaja berusia 17 – 21 tahun mengungkap penyebab munculnya rasa percaya di kalangan remaja yaitu atribut personal dan relasional. Dibandingkan personal, atribut relasional khususnya dukungan dan hubunghan timbal balik menjadi faktor utama yang memunculkan rasa percaya di kalangan remaja. Temuan ini menjustifikasi pentingnya sosialisasi penguatan pendidikan karakter khususnya integritas dan gotong royong yang tidak dapat terlepas dari penguatan relasi.
Bukan hanya ibu, ayah juga berperan dalam mengoptimalkan perkembangan kognitif, sosial, dan emosi anak. Masa awal kelahiran adalah titik krusial untuk ayah dan anak membangun ikatan emosional sehingga dibutuhkan waktu yang intensif agar mereka dapat berinteraksi secara langsung. Akan tetapi, di lain sisi ayah bertanggungjawab untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan finansial keluarga dan waktu berinteraksi dengan anak cukup terbatas. Maka dari itu, diperlukan cuti bagi ayah saat kelahiran anak yang dalam tulisan ini akan disebut dengan istilah “Cuti Kelahiran bagi Ayah” agar interaksi secara intensif di awal kelahiran tersebut dapat dicapai.
Jumat pertengahan November lalu (12/11) CICP baru saja menggelar acara yang berjudul CICP International Webinar: Challenges of Living in a Diverse Society. Webinar ini diselenggarakan secara daring via Zoom dengan mengundang 3 narasumber dalam negeri maupun luar negeri. Narasumber tersebut antara lain Prof. Dr. Faturochman, M.A. (Fakultas Psikologi), Dr. Muhammad Najib Azca (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) dari Universitas Gadjah Mada serta Rogelia Pe-Pua, Ph.D. narasumber dari School of Social Sciences University of New South Wales. Materi yang dibahas antara lain yaitu “Managing Diversity for Unity” oleh Faturochman, “Lessons Learned from Conflict Resolution in Indonesia” oleh Muhammad Najib Azca, dan materi terakhir dibawakan oleh Rogelia Pe-Pua yang berjudul “Australian Experience of Multiculturalism and Cultural Diversity”. Webinar ini adalah acara rutin CICP dari program umum Visiting Professor yang diadakan setiap tahunnya, tahun lalu CICP mengundang pembicara Luca Tateo Ph.D. dari University of Oslo, Norwegia. Webinar ini disambut dengan baik dan aktif oleh peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa S1, S2, S3 dan khalayak umum. [Ratri/Humas CICP]
Jumat (22/10) lalu Direktur CICP Haidar Buldan Thontowi, M.A. Ph.D menjadi pembicara pada webinar yang diadakan oleh Pusat Pelayanan Psikologi dan Pengembangan Karir (P4K) UIN SAIZU berkolaborasi dengan HMJ BKI. Webinar tersebut berjudul BEAUTY OF THE WORLD: Indigenous Psychology-The Diversity of Cultural Behavior. Haidar menjadi pengisi sebagai rangkaian pembukaan webinar yang diadakan oleh institusi tersebut. Pada webinar tersebut, beliau menjelaskan berbagai teori dan riset-riset seputar indigenous psychology. Indigenous psychology merupakan paradigma yang mengutamakan perspektif dan interpretasi yang lokal serta relevan dengan budaya di masyarakat tersebut. Indigenous Psychology, ilmu yang diakui di APA dengan adanya “Task Force on Indigenous Psychology” dalam Division 32 APA dengan ketua Louise Sundarajan, Ph.D. Selain itu, ia menekankan bahwa budaya asli merupakan sumber dari konsep dan teori, bukan sebaliknya. Selain itu Indigenous Psychology juga merupakan ilmu yang diakui dalam American Psychological Association (APA) dengan adanya.