Yogyakarta, 18 November 2024 – Program Kursus Intensif Metode Penelitian Kualitatif yang diselenggarakan oleh Doktor Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Center for Indigineous and Cultural Psychology (CICP) resmi dimulai pada 18 November 2024. Kursus ini diikuti oleh mahasiswa doktoral Psikologi UGM, mahasiswa dan dosen dari berbagai universitas, dan peneliti yang memiliki ketertarikan dalam penelitian kualitatif. Ibu Pradytia Putri Pertiwi, S.Psi., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerja sama Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Indonesia, membuka kegiatan ini secara resmi.
Kursus ini terbagi dalam tiga seri dengan fokus pembelajaran yang mendalam. Seri pertama, memberikan pengantar tentang paradigma penelitian kualitatif, membahas teori dasar dan perspektif metodologi yang relevan dalam penelitian psikologi. Seri kedua membahas dasar-dasar serta rancangan penelitian kualitatif. Seri ketiga akan mengupas tuntas tentang analisis data kualitatif, dengan penekanan pada teknik-teknik dan aplikasi praktis dalam pengolahan data penelitian.
Pada seri pertama dibagi menjadi enam sesi.
Sesi 1: Pengantar Metode Penelitian Kualitatif yang dibawakan oleh Prof. Subandi, M.A., Ph.D. Dalam sesi ini, Prof. Bandi berfokus pada makna mendalam dan pemahaman kontekstual terhadap pendekatan penelitian kualitatif. Beliau juga menekankan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk menggali dan memahami fenomena melalui perspektif partisipan, bukan sekadar menguji teori atau mendapatkan generalisasi. Penelitian juga tidak hanya melihat fenomena secara terpisah tetapi juga mempertimbangkan konteks holistik dan bagaimana berbagai faktor saling terkait. Sesi di moderatori oleh Syifa Fauziah salah satu asisten peneliti CICP.
Sesi 2: Paradigma Interpretatif dalam Penelitian Kualitatif oleh Dr. YB. Cahya Widiyanta, M.Si. Dalam sesi ini, Pak Cahya menekankan bahwa paradigma interpretatif muncul sebagai respons terhadap positivisme, yang dianggap kurang mampu memahami makna subjektif dalam kehidupan sosial. Pak Cahya juga menekankan paradigma ini berfokus pada pemaknaan, konteks, dan pengalaman individu sebagai bagian dari realitas yang dikonstruksi secara sosial. Dalam penelitian kualitatif dengan perspektif paradigma interpretatif, beliau menggunakan bahasa dan narasi untuk memahami fenomena. Sesi ini dimoderatori oleh Fadhilah Sofiyana, Asisten Peneliti CICP.
Sesi 3: Paradigma Transformatif dalam Penelitian Kualitatif oleh Elga Andriana, M.Ed., Ph.D. Ibu Elga dalam paparannya, menekankan paradigma transformasi dalam penelitian kualitatif dirancang untuk mengatasi ketimpangan kekuasaan, ketidakadilan, dan isu sosial melalui pendekatan inklusif dan partisipatif. Beliau juga mengatakan pentingnya keadilan sosial dan nilai-nilai etis, dengan tujuan memberdayakan komunitas yang terpinggirkan. Dalam paradigma ini metode yang digunakan beragam, seperti Participatory Action Research (PAR), Photovoice, dan Critical Discourse Analysis, yang semuanya bertujuan untuk memahami dan mengubah dinamika sosial dengan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas sasaran. Sesi ini di moderatori oleh Yutia Cesarinda, Asisten Prodi S3 Psikologi.
Sesi 4: Paradigma Konstruktivis dalam Penelitian Kualitatif oleh Dr. Wenty Marina Minza. Dalam sesi ini, Bu Wenty menggambarkan paradigma konstruktivisme sebagai pandangan bahwa elemen-elemen psikologis, seperti pikiran, diri, dan emosi, tidak hanya merupakan hasil dari pengalaman individu yang bersifat internal, tetapi juga merupakan hasil dari interaksi sosial dan budaya di mana individu tersebut berada. Beliau juga menjabarkan bahwa realitas yang dipahami seseorang dianggap sebagai hasil dari konstruksi bersama melalui proses sosial, seperti komunikasi, norma, dan wacana. Sesi ini dimoderatori oleh Ahmad Yusrifan Amrullah, Asisten Uni CICP.
Sesi 5: Paradigma Kritis dalam Penelitian Kualitatif oleh Prof. Teguh Wijaya Mulya, S.Psi., M.Ed., Ph.D. Pak Teguh, panggilannya, menyampaikan bahwa paradigma kritisme mengacu pada pendekatan yang berfokus pada analisis kritis terhadap berbagai ketimpangan sosial, seperti ketidakadilan kelas sosial, rasisme, kolonialisme, patriarki dan masih banyak lagi. Dalam paparannya pada konteks psikologi, ilmu ini secara historis sering dianggap absen dalam membahas relasi kuasa secara mendalam. Psikologi sebagai ilmu cenderung memfokuskan perhatian pada individu, seringkali mengabaikan struktur sosial dan kekuasaan yang memengaruhi manusia. Akibatnya, ada kritik bahwa psikologi sering memarjinalkan peran struktur sosial dalam memahami perilaku manusia. Beliau juga menggambarkan bahwa paradigma ini memberikan ruang untuk memperdebatkan kembali peran psikologi dalam masyarakat. Tidak hanya untuk memahami manusia secara individual, tetapi juga bagaimana mereka dipengaruhi oleh struktur sosial dan budaya tempat mereka hidup. Sesi ini di moderatori oleh Nadhya Azka Aulia, Asisten Peneliti CICP.
Sesi 6: Paradigma Feminis dalam Penelitian Kualitatif oleh Prof. Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari, M.Hum., Psikolog. Dalam sesi ini, Prof. Kristi dalam paradigma feminis, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya dipandang sebagai suatu bidang yang objektif, bebas nilai, dan menghadirkan kebenaran tunggal, tetapi juga sebagai suatu konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor gender dan kekuasaan. Kritik feminis terhadap ilmu pengetahuan menyoroti sejumlah isu yang menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan tradisional sering kali tidak adil terhadap perempuan dan cenderung mereproduksi ketidaksetaraan gender. Sesi ini dimoderatori oleh Endah Nurhidayati, Asisten Prodi S3 Psikologi.
Melalui kursus ini, para peserta diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang paradigma dalam metode penelitian kualitatif. Kursus ini tidak hanya akan memperkaya pengetahuan peserta, tetapi juga membuka ruang kolaborasi dan diskusi antarpeneliti di bidang psikologi. Kursus ini akan berlangsung sampai seri 3 dan dilaksanakan secara tatap muka di Fakultas Psikologi UGM dan akan berlangsung selama sebulan hingga 18 Desember 2024.