CICP (Center for Indigenous and Cultural Psychology) melangsungkan Knowledge Sharing and Discussion: Cultural Perspectives on Just World Belief pada tanggal 21 Agustus 2017 lalu. Pemateri acara tersebut adalah Phatthanakit Chobthamkit (Bryan), seorang mahasiswa S3 di University of Kent, UK, dan seorang dosen di Thammasat University, Thailand. Bryan memaparkan penelitiannya mengenai just world belief, keyakinan individu akan adanya keadilan di dunia. Dalam penelitian tersebut, Bryan ingin melihat pengaruh faktor budaya, sosial dan ekonomi terhadap perspektif individu akan dunia yang adil. Bryan sengaja melakukan penelitian di negara-negara ASEAN mengingat negara-negara tersebut tidak banyak terepresentasikan dalam penelitian-penelitian mengenai just world belief yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Karakter masyarakat di negara-negara ASEAN yang cenderung kolektivistik menjadikan banyak peneliti berasumsi bahwa general belief in a just world, keyakinan bahwa individu secara umum akan mendapatkan hasil yang setimpal dari usaha yang diberikan, memegang peran penting dalam hidup individu. Hal ini tercermin pada asumsi bahwa kesejahteraan pada masyarakat dengan karakteristik tersebut akan cenderung dipengaruhi oleh general belief in a just world. Meskipun demikian, preliminary research yang dilakukan mengungkapkan bahwa kesejahteraan mahasiswa di Thailand, negara yang dijadikan tempat pengambilan data preliminary research, cenderung dipengaruhi oleh personal belief in a just world, keyakinan bahwa salah satu bentuk keadilan di dunia adalah individu berhak mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh individu tersebut. Temuan menarik ini mendorong Bryan untuk melakukan studi lebih lanjut di tujuh negara ASEAN dengan lebih dari empat ribu subjek yang berasal dari dua puluh kota. Penelitian Bryan tersebut berkolaborasi dengan Galang Lufityanto, Ph.D. yang merupakan koordinator Research Cluster Deception and Culture di CICP dan Samudera Fadlilla Jamaluddin, research assistant di CICP.
Diskusi yang dilangsungkan setelah pemaparan dari Bryan berjalan menarik. Beberapa peserta melontarkan pertanyaan mengenai penelitian Bryan tersebut. Menurut salah satu peserta diskusi, penelitian mengenai just world belief ini menarik. Namun, peneliti berpotensi akan menemui beberapa hambatan dalam prosesnya mengingat Indonesia mempunyai budaya yang beragam. Selain itu, belief di Indonesia cenderung dekat dengan konsep agama. Budaya dan agama yang ada di Indonesia dianggap peserta tersebut tidak secara jelas memisahkan antara personal belief in a just world dan general belief in a just world sehingga berpotensi akan menyulitkan dalam analisis data. Bryan menanggapi hal tersebut dengan mengungkapkan bahwa justru keberagaman tersebut, dan pengaruh keberagaman tersebut terhadap belief in a just world, adalah hal yang ingin ia eksplorasi dalam penelitiannya. Keberagaman dalam berbagai faktor ekonomi dan sosial dianggap Bryan dapat menjadi pelengkap teori just world belief yang telah ada.
Acara yang bertempat di ruang G-100 Fakultas Psikologi UGM dihadiri lebih dari tujuh puluh peserta, baik dari dalam maupun luar UGM. Peserta pun beragam, mulai dari mahasiswa S1 sampai dengan mahasiswa S3, dan peserta umum (bukan mahasiswa). Diskusi ini dimoderatori oleh Adelia Khrisna Putri, S.Psi., M.Sc. Galang Lutfiyanto, Ph.D., menutup acara tersebut dengan suatu harapan, “Harapannya dari acara diskusi ini membuka cakrawala studi bagi kita” tutupnya.