Yogyakarta, 14 Juli 2025 — Centre for Indigenous and Cultural Psychology (CICP), Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, secara resmi membuka rangkaian International Summer Course tahun 2025 bertema “Beyond Boundaries: Reflection and Forward Looking into Psychology and Culture“. Kegiatan yang diselenggarakan secara daring ini menandai peringatan 15 tahun perjalanan CICP dalam mengembangkan dan memperkuat pendekatan psikologi indigenous dan budaya di Indonesia dan negara-negara berkembang.
Sesi pembukaan dipimpin oleh Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, pendiri dan Direktur CICP, yang menyampaikan kuliah berjudul “The Development and Evolution of Culture and Indigenous Psychology Over the Years (15 Years)”. Dalam presentasinya, Prof. Kwartarini mengajak para peserta untuk merefleksikan posisi dan arah psikologi, khususnya dalam masyarakat non-Barat. Beliau menelusuri sejarah dan perkembangan penelitian lokal yang menjadi fondasi berdirinya CICP pada tahun 2010, dan menekankan pentingnya mengembangkan teori dan pendekatan yang berakar pada konteks sosial dan budaya masyarakat itu sendiri.
Sesi ini juga dimeriahkan dengan penayangan video antologi yang menampilkan pesan-pesan reflektif dari tokoh-tokoh penting dalam pengembangan psikologi indigenous, termasuk Prof. Faturochman (UGM) dan Associate Professor Rogelia Pe-Pua (University of New South Wales). Keduanya menyampaikan apresiasi atas kontribusi CICP dan menekankan pentingnya kolaborasi internasional yang setara dalam pengembangan pengetahuan psikologi yang berkeadilan.
Selain itu, kuliah pembuka dilengkapi dengan presentasi dari Sri Lestari, M.Si., yang mewakili Asosiasi Psikologi Indigenous dan Budaya (APIK), yang menjadi salah satu tuan rumah acara tersebut. Beliau menyoroti peran APIK dalam membangun infrastruktur penelitian dan kolaborasi akademik berbasis kearifan lokal. Dari Asia Tenggara, Dr. Rozel Balmores-de Vera (Filipina), perwakilan dari Southeast Asian Indigenous Psychology (SEAIP), juga berbagi perspektifnya tentang pentingnya solidaritas lintas negara dalam mengembangkan agenda psikologi kontekstual dan relasional.
Tahun ini, summer course diikuti oleh 47 peserta dari berbagai negara, termasuk Indonesia (24 peserta), Malaysia (5), Brasil (5), Tiongkok (2), Chili (2), Mozambik (2), Taiwan (1), dan India (1). Peserta terdiri dari mahasiswa pascasarjana, akademisi, dan profesional yang tertarik pada isu-isu psikologi lintas budaya, pendekatan partisipatif, dan dekolonisasi pengetahuan.
Penyelenggaraan kegiatan ini juga merupakan kolaborasi dengan berbagai lembaga internasional, yaitu:
- APIK (Asosiasi Psikologi Indigenus dan Kultural)
- SEAIP (Southeast Asian Indigenous Psychology Network)
- Global South Network of Cultural Psychology
- Jaan Valsiner Foundation: University Beyond Border
- Universiti Teknologi Malaysia (UTM)
- Universiti Sains Malaysia (USM)
- Konsorsium Psikokultural Indonesia (KPI)
Summer course ini akan berlangsung hingga 8 Agustus 2025, menampilkan modul kuliah oleh para pakar internasional, diskusi reflektif, dan forum mahasiswa. Dengan semangat refleksi dan kolaborasi, CICP berharap inisiatif ini akan memperluas jaringan psikologi indigenous dan budaya yang berlandaskan kesetaraan, relevansi lokal, dan dialog lintas batas.