• UGM
  • IT Center
  • Library
  • Journal of Psychology
  • LPPM UGM
  • UGM Mail
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Center for Indigenous and Cultural Psychology
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang CICP
    • Selayang Pandang Indigenous Psychology
    • Sambutan Direktur CICP
    • Sejarah CICP
    • Visi dan Misi
    • Staff
    • Anggota
  • Kegiatan
    • Konferensi
    • Konsentrasi Penelitian
      • Konsentrasi Penelitian 2021
      • Konsentrasi Penelitian 2020
      • Konsentrasi Penelitian 2019
    • Kegiatan Terlaksana
    • Kegiatan Rutin
      • CICP Publication Workshop
      • School of Researcher
      • THEORY BUILDING TRAINING
    • Kegiatan Mendatang
    • Magang Internal
      • Prosedur Magang Internal (UGM)
      • Rekap Magang Internal 2018
      • Rekap Magang Internal 2019
    • Magang External
      • Prosedur Magang Eksternal (Asing dan Non-UGM)
      • Alumni Magang Eksternal
  • Publikasi
    • Jurnal
    • Working Paper Series
    • Buku
    • Policy Brief CICP
    • Artikel Lain
  • Beranda
  • Public Release
  • Angkringan CICP 11: Narasi Kecantikan Nusantara sebagai Gerakan Feminisme Poskolonial

Angkringan CICP 11: Narasi Kecantikan Nusantara sebagai Gerakan Feminisme Poskolonial

  • Public Release
  • 6 September 2024, 11.44
  • Oleh: cicp
  • 0

Pada Jumat (30/8), Pusat Studi Psikologi Indijinus dan Budaya (CICP) kembali menggelar acara Angkringan CICP, yang kali ini merupakan sesi kesebelas dengan tema “Narasi Kecantikan Nusantara sebagai Gerakan Feminisme Poskolonial”. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dari pukul 15.30 hingga 17.00, dihadiri oleh pegiat ilmu yang menunjukkan minat besar pada topik psikologi nusantara.

Narasumber kali ini adalah Antika Widya Putri, atau lebih sering disapa Antik, menarasikan adanya perubahan standar kecantikan wanita Indonesia selama dan setelah kolonial. Pada masa kolonial, kecantikan didominasi oleh standar Barat, seperti tubuh langsing, rambut lurus, hidung mancung, dan kulit putih. Standar inilah yang mempengaruhi persepsi masyarakat bahkan hingga saat ini. Wanita Nusantara berbondong-bondong memenuhi standar kecantikan tersebut. Hingga tidak jarang mengakibatkan rasisme saat standar kecantikan tidak terpenuhi.

Feminisme poskolonial berupaya menghapus subalternitas perempuan Timur dengan mengakui keberagaman kecantikan, membangun pengetahuan inklusif, dan menolak dominasi hegemoni Barat. Tujuannya adalah agar perempuan Timur dapat mengendalikan identitas dan kecantikan mereka sendiri. Masyarakat Nusantara perlu membangun pengetahuan, memberi pengakuan dan penghargaan atas keberagaman kecantikan di berbagai budaya.

Kecantikan perempuan tidak harus berfokus pada bentuk fisik, tapi juga terletak pada kepribadian, kecerdasan, dan upaya menjadi diri sendiri.

“Jika bisa beragam, mengapa harus seragam?”

Tags: SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan SDG 4: Pendidikan Berkualitas SDG 5: Kesetaraan Gender

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

Alamat: Ruang D604 Gedung D lt. 6, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta 55281 INDONESIA

Jam Kerja: 08.00 – 16.00
Telepon: (+62)274-550435 ext. 604
Humas CICP: (+62)857-2868-1391
Fax: (+62)274-550436

Email: cicp@ugm.ac.id

Instagram: @cicp.ugm

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju